You are currently browsing the tag archive for the ‘Yesus’ tag.
Pengantar
Kita bisa menghabiskan banyak waktu untuk berdebat mengenai pengertian mujizat. Mujizat sering kali dimengerti sebagai suatu peristiwa yang luar biasa yang melampaui hukum-hukum alam yang bisa dijelaskan nalar. Permasalahannya adalah apa yang dipahami sebagai sesuatu yang luar biasa itu berbeda-beda. Sesuatu yang dilihat ajaib oleh orang jaman dulu bisa saja dianggap sebagai sesuatu yang biasa yang bisa dijelaskan secara nalar pada masa sekarang. Oleh karena itu kita perlu mendekati dengan cara yang berbeda berkenaan dengan kisah-kisah mujizat yang disaksikan Alkitab. Pertanyaannya bukan lagi apa itu mujizat? Benarkah itu terjadi? Tetapi pertanyaan yang tepat adalah apa maksud dari mujizat yang disaksikan Alkitab. Hal itu disebabkan karena mujizat terjadi bukan semata demi mujizat itu sendiri, tetapi ada pesan yang hendak disampaikan melalui mujizat itu. Dengan kata lain mujizat adalah tanda bagi sesuatu yang hendak disampaikan oleh Yesus.
Mujizat sebagai tanda
Ketika Yohanes menyuruh kedua muridnya untuk bertanya kepada Yesus apakah Ia Mesias yang dijanjikan itu, Yesus menjawab: “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Lukas 7:22). Jadi mujizat yang dilakukan Yesus adalah tanda bahwa Ia adalah Mesias yang dinantikan. Itu sesuai dengan pengharapan yang dinubuatkan di Yesaya 35:5-6.
Mujizat sebagai tanda sangat jelas di Injil Yohanes. Ketika Ia mengubah air menjadi anggur di pesta pernikahan di Kana, disebutkan bahwa itu merupakan Baca entri selengkapnya »
Pengantar
Kita hidup di tengah masyarakat yang majemuk, termasuk kemajemukan agama. Sering kali perbedaan agama dan keyakinan menjadi hal yang sensitif di masyarakat kita. Tiap-tiap keyakinan memiliki klaim kebenaran yang dipertandingkan dan sering kali berujung pada konflik. Apalagi kita hidup dalam suasana masyarakat modern yang berpemahaman bahwa kebenaran selalu tunggal. Sehingga apabila ada banyak klaim kebenaran, dalam pola pikir modern, harus ada satu kebenaran yang sungguh-sungguh benar dan yang lain adalah salah. Tentu yang dipahami sebagai yang sungguh-sungguh benar adalah kebenaran kelompoknya dan kebenaran yang palsu adalah kelompok yang lain. Pertanyaannya: apakah keyakinan akan kebenaran harus selalu didasarkan pada penghakiman bahwa yang lain itu salah?
Di dalam kekristenan sendiri terkandung banyak klaim kebenaran, khususnya berkenaan dengan keselamatan di dalam Yesus. Di antaranya seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:6,”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. Kita akan bersama menggumuli keyakinan iman ini secara kontekstual, sehingga di tengah-tengah masyarakat yang majemuk ini kita tetap memiliki komitmen sekaligus keterbukaan dalam berelasi dengan yang lain.
Memahami Yohanes 14:1-14
- Tujuan
Perikop ini sebenarnya tidak berbicara mengenai masalah keberadaan agama-agama lain. Sehingga sebenarnya kurang tepat kalau memakai perikop ini untuk menghakimi keyakinan agama lain. Kalau dilihat dari alur ceritanya, kisah dalam perikop ini masuk dalam rangkaian pesan-pesan perpisahan Yesus dengan para muridnya (Pasal 13-17) menjelang Ia ditangkap (pasal 18). Mendengar bahwa Yesus akan meninggalkan mereka para murid menjadi sedih, kecewa, bingung dan gelisah (ayat 1: janganlah gelisah hatimu…). Kenapa sedih dan gelisah? Karena para murid selama ini meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Roma, sebagaimana yang menjadi pengharapan semua orang Yahudi waktu itu. Baca entri selengkapnya »