Pada tahun 1940 ketika perang melanda Eropa, seorang pemuda dari Swiss bernama Roger memimpikan situasi persaudaraan di antara sesama manusia seperti yang diajarkan Yesus. Ia begitu prihatin melihat perang dan kebencian yang terjadi di Eropa. Karena itu, dengan seijin ayahnya yang adalah seorang pendeta Protestan di Swiss, ia pergi ke Perancis. Ia bersepeda dan sampai di desa kecil bernama Taize (baca: Teesee). Di situ ia membeli rumah kosong yang sudah rusak dan membukanya bagi para pengungsi Yahudi yang dikejar Nazi. Tiap pagi, siang, dan malam Roger mengajak mereka beribadah secara hening. Di rumah itu Roger menciptakan persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Yesus di bukit (Matius 5), penuh sukacite, sederhana, dan murah hati. Pelayanan Roger ini didukung oleh beberapa temannya (berjumlah 6 orang) dan akhirnya mereka membuat komitmen untuk mengabdikan hidupnya di sana. Dengan demikian lahirlah Communaute de Taize (Komunitas Taize).

Sekarang Komunitas taize telah berjumlah sekitar 90 orang dari 20 negara. Mereka disebut Baca entri selengkapnya »

Manusia modern adalah manusia yang penuh dengan kesibukan. Modernitas memang telah membentuk pandangan dan nilai masyarakat untuk memaklumkan bahwa kesibukan merupakan hal yang teramat baik. Bentukan pandangan dan nilai itu meresap secara tidak sadar yang kemudian membentuk perilaku dan kecenderungan orang menjadi sibuk. Sampai akhirnya kesibukan bisa menjadi sebuah kebanggaan, sesuatu yang dipandang baik oleh orang, sehingga semakin sibuk semakin bangga, semakin keren, dsb. Karena itu alasan “sedang sibuk”, menjadi alasan yang paling bisa dimaklumi dan dimaafkan apabila terjadi kesalahan. Kesibukan menjadi sesuatu yang dikejar, dicari, dimanfaatkan sebagai sebuah bangunan identitas seseorang. Sehingga semboyannya adalah “aku sibuk maka aku ada”.

Bacaan kita hari ini cukup menarik untuk direnungkan terutama dalam kondisi kehidupan kita yang serba sibuk. Paulus secara tegas mengingatkan kepada jemaat di korintus supaya mengarahkan perhatian pada perkara Tuhan melampaui semua hal yang lain! (ayat 29-35). Tidak main-main, perhatian pada Tuhan diharapkan melampaui kepada istri, sosok yang paling dekat (ayat 29). Di sana paulus menyarankan agar orang-orang yang beristri menganggap tidak beristri! Apa artinya? Itu adalah sebuah himbauan untuk menggambarkan betapa pentingnya prioritas pada Tuhan di waktu yang semakin dekat ini. Dengan kata lain seakan-akan Paulus mengingatkan bahwa waktu kedatangan Tuhan sudah mepet, siapkanlah itu, jangan dipusingkan dengan tetek bengek yang bisa menjadi hambatan dalam mengarahkan diri pada Tuhan (ayat 35).

Memang kita tidak perlu se-ekstrim Paulus dalam nasihatnya kepada jemaat Korintus. Tetapi kita bisa tetap memegang premis nilai, hal prinsip yang melandasi nasihat Paulus tadi, yaitu perhatian pada perkara Tuhan menuntut komitmen yang lebih. Benar bahwa waktu semakin sempit, menjadi terlalu disayangkan kalau waktu yang ada ini habis untuk ngurusin berbagai kebutuhan dan kesibukan kita. Kesibukan dan berbagai kebutuhan selama di dunia ini tidak ada akhirnya. Akan menjadi masalah kalau kita terjebak di dalamnya. Semua itu bisa jadi belenggu yang mengikat dan mencuri kebebasan diri kita, kebebasan untuk menikmati waktu bagi Tuhan, kebebasan untuk melayani Dia. Mungkin ide ini dalam konteks masyarakat modern sangat tidak populer. Tetapi ini sekaligus tantangan yang perlu kita renungkan.

Salah satu dari 3 tugas gereja yang selama ini dikenal adalah persekutuan (koinonia). Namun persekutuan sering kali dimaknai secara sempit sekedar pertemuan-pertemuan ibadah saja. Tugas bersekutu diukur dari seberapa banyak yang ikut kebaktian, seberapa rajin mengikuti acara gereja, dan seberapa aktif ambil bagian dalam pelayanan gereja. Tentu semua itu baik, positif, dan bermanfaat. Tetapi itu saja tidak cukup untuk memaknai persekutuan. Persekutuan (koinonia) lebih luas dari hal-hal itu. dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 kita melihat bentuk persekutuan jemaat mula-mula. Memang konteks dan siatuasinya berbeda dengan kondisi kita sekarang di Jepara, namun dari kisah itu setidaknya kita bisa melihat semangat (spirit) persekutuan yang tertanam di dalamnya.

  1. Persekutuan dalam pengajaran dan doa (42)

Para orang yang bertobat memiliki ketekunan untuk memperdalam iman mereka dalam pengajaran para Rasul. Ada keinginan untuk belajar, sehingga kepercayaan mereka tidak sekedar emosional saja. Tentu pengajaran tidak sekedar menambah wawasan intelektual tentang iman Kristen. Pengajaran menyangkut juga kehidupan jemaat, di mana melalui pengajaran itu jemaat semakin mengetahui kehendak Allah dalam hidupnya.

  1. Ada kesehatian

Persekutuan tidak hanya sekedar orang “nggrombol” ramai-ramai seperti Baca entri selengkapnya »

Pengantar

Kita bisa menghabiskan banyak waktu untuk berdebat mengenai pengertian mujizat. Mujizat sering kali dimengerti sebagai suatu peristiwa yang luar biasa yang melampaui hukum-hukum alam yang bisa dijelaskan nalar. Permasalahannya adalah apa yang dipahami sebagai sesuatu yang luar biasa itu berbeda-beda. Sesuatu yang dilihat ajaib oleh orang jaman dulu bisa saja dianggap sebagai sesuatu yang biasa yang bisa dijelaskan secara nalar pada masa sekarang. Oleh karena itu kita perlu mendekati dengan cara yang berbeda berkenaan dengan kisah-kisah mujizat yang disaksikan Alkitab. Pertanyaannya bukan lagi apa itu mujizat? Benarkah itu terjadi? Tetapi pertanyaan yang tepat adalah apa maksud dari mujizat yang disaksikan Alkitab. Hal itu disebabkan karena mujizat terjadi bukan semata demi mujizat itu sendiri, tetapi ada pesan yang hendak disampaikan melalui mujizat itu. Dengan kata lain mujizat adalah tanda bagi sesuatu yang hendak disampaikan oleh Yesus.

Mujizat sebagai tanda

Ketika Yohanes menyuruh kedua muridnya untuk bertanya kepada Yesus apakah Ia Mesias yang dijanjikan itu, Yesus menjawab: “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Lukas 7:22). Jadi mujizat yang dilakukan Yesus adalah tanda bahwa Ia adalah Mesias yang dinantikan. Itu sesuai dengan pengharapan yang dinubuatkan di Yesaya 35:5-6.

Mujizat sebagai tanda sangat jelas di Injil Yohanes. Ketika Ia mengubah air menjadi anggur di pesta pernikahan di Kana, disebutkan bahwa itu merupakan Baca entri selengkapnya »

Latar Belakang

Setelah Yesus dibaptis Yohanes (Mat 3), Ia menghadapi pencobaan di padang gurun setelah berpuasa 40 hari. Sebuah pendadaran sebelum Ia melaksanakan pekerjaan-Nya di dunia untuk mewartakan Kerajaan Allah. Perikop ini (Matius 4:12-25) menceritakan pertama kali Yesus mewartakan Kerajaan Allah. Oleh karena itu ada 3 babagan yang menarik dan penting untuk diperhatikan dalam kisah pelayanan mula-mula Yesus ini.

  1. Galilea sebagai tempat Yesus melayani (Matius 4:12-17)
  2. Pemanggilan para murid (Matius 4:18-22)
  3. Pekerjaan Yesus dalam mewartakan Kerajaan Allah (Matius 4:23-25)

Dalam PA ini, supaya lebih fokus, kita akan memberikan perhatian pada pemanggilan para murid untuk ambil bagian dalam pewartaan Kerajaan Allah (Mat 4:12-17). Itu dapat dimengerti dengan lebih baik bila tetap memperhatikan alur cerita tersebut.

Baca entri selengkapnya »

Selamat Datang

Selamat datang di Blog Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) Jepara. Sebuah gereja yang berlokasi di kota Jepara, Jawa Tengah. Untuk melihat profil GITJ Jepara, silahkan klik pada tab "sejarah GITJ Jepara" di mainbar. Tuhan memberkati.
Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031